Pesawat Kertas

Haryanti S.


Hari Senin, 6 Agustus 2018, adalah hari pertamaku mengajar di sekolah baru, SMP Negeri Ciracas, Pagi itu, aku diantar oleh, teman-teman, para Wakil Kepala Sekolah  dan Bapak Bambang Sudanarko, Kepala SMP Negeri Susukan tempat aku mengajar sebelum akhirnya aku di pindahkan ke SMP Negeri Ciracas.

Aku merasa terhormat dan tersanjung pagi itu, bagaimana tidak? Aku dipindahkan ke SMP Negeri Ciracas, memang  merupakan program mutasi bagi pegawai pemerintah provinsi DKI Jakarta yang sudah bekerja lebih dari 5 tahun sedangkan aku sudah mengajar selama 20 tahun. Aku sangat tersanjung karena diantar oleh teman-teman yang menyayangiku. Acara penyerahanpun dilakukan oleh Kepala sekolah dan aku diterima langsung oleh kepala Sekolah SMP Negeri Ciracas serta disambut oleh teman-teman-teman baruku. Acara penyerahan dan penyambutan sangat singkat dan sederhana, namun penuh arti.

Rasa haru bercampur sedih karena harus berpisah dengan teman-teman yang sudah sekian lama dalam satu naungan. Bercanda, saling ledek, ngobrol walau juga sering berdebat sampai akhirnya saling kesal. Walaupun kita saling bertengkar, tidak ada diantara kami yang saling dendam, Indahnya persaudaraan kami, biarlah itu menjadi kenangan indah.

Hari itu juga aku memutuskan untuk langsung mengenal sekolah baruku juga guru-guru serta peserta didik yang akan ku ajar. Setelah Bapak Bambang Sudanarko dan teman-teman dari SMP Negeri Susukan meninggalkan SMP Negeri Ciracas, aku diantar staf Humas, Ibu Rohma menuju beberapa ruang untuk berkenalan dengan Pegawai Tata Usaha, para Caraka dan teman-teman Guru. Kalau perkenalan dengan wakil kepala sekolah dan tim managemen sudah di kenalkan sebelumnya di saat penyambutan di ruang Kepala Sekolah. Ibu Rohma juga menunjukan meja kerjaku di ruang guru.

“Bu Ayu, kebetulan sekarang ada jam mengajar di kelas 7.2, apa bu Ayu mau mengajar?” kata Bu Sri guru IPS.

“Nantinya bu Ayu juga menjadi wali kelasnya, tunggu Surat Tugasnya, mudah-mudahan besok sudah jadi.” Kata Bu Rohma.

Bu Sri mengajar IPS kelas 7.1 sampai dengan 7.6, dan terkena program mutasi juga. Seakan kami bertukar sekolah, Bu Sri ke SMP Negeri Susukan, sedangkan aku ke SMP Negeri Ciracas.

“Oh iya bu Sri, bisa tunjukkan kelasnya?

“Di lantai 4, naik tangga kemudian ke kiri, lihat papan di atas pintu”

Setelah bertegur sapa dengan bapak/ibu Guru, lalu aku permisi meninggalkan ruang guru di lantai 3 menuju ruang kelas di lantai 4. Masuklah aku di kelas 7.2 lalu ku sapa murid-murid kelas 7.2 dengan salam, sejenak aku menata batin dan pikiranku, aku harus tahu diri. ini tempat baruku, aku baru menginjakkan kakiku beberapa menit yang lalu.

Tapi batin ini terusik, aku melihat kelas sangat kotor, banyak gulungan kertas berbentuk bola, ada pesawat terbang dari kertas, ada plastic bekas bungkus makanan, ada botol plastic minuman belum lagi kotoran tanah yang terbawa sepatu. Sangat berbeda dengan sekolah yang kemarin aku bertugas. Kelas selalu bersih, anak-anaknya sudah disiplin membuang sampah ke tempat sampah, bahkan sudah tertanam sikap dan kesadaran untuk menjada dan melestarikan lingkungan dengan tidak menyia-nyiakan kertas.

Aku hela nafas panjang, melunakan emosi agar tidak menyalahkan siapa-siapa, tapi ini tantangan buatku. Bagaimana harus menyadarkan warga sekolah baruku ini. Aku bungkukan badanku dan ku ambil beberapa gulungan kertas yang berbentuk bola, dan satu pesawat kertas. Ku amati pesawat kertas, ternyata menggunakan kertas kosong yang masih bagus. Lalu ku buka gulungan dua kertas, ternyata juda dari kertas yang masih kosong.

Terpikir olehku untuk menggunakan metode pembelajaran lempar bola salju atau pesawat terbang kertas. Aku tak mau membuang waktuku untuk memulai pembelajaran dan menyajikan materi. Bermodal niat yang tulus dan keinginan kuat untuk menghadapi tantangann di kelas baru, Tanpa buku dan tanpa perencanaan yang baik, karena memang baru datang. Ku mulai saja pembelajaran hari ini. Bagiku, guru tak kurang akal dan tak kurang ilmu.

Aku mulai memperkenalkan diri, ku sebut nama lalu alamat rumah dan sekolah-sekolah yang pernah aku ajar. Ketika aku sebut nama SMP Negeri susukan, kelas yang tadinya riuh berubah menjadi sunyi. Entah kenapa, terkaku mereka pasti memperhitungkan bahwa aku bukan guru yang biasa-biasa saja, ha … ha … ha …, aku tertawa dalam hati.

Padahal aku guru biasa saja, namun masyarakat sekitar sekolah ini pastilah tahu kalau peringkat SMP Negeri Susukan lebih tinggi dibanding sekolah lain di Kecamatan Ciracas, baik input maupun outputnya. Ku pikir, aku bisa manfaatkkan situasi yang baik ini,

“Baik anak-anak, sudah tidak banyak waktu, mari segera kita mulai pembelajaran hari ini.”

“Agar kelas ini nyaman dan sehat bagi kita, mari kita bersihkan bersama-sama dan kta pungut sampah di sekitar kita, lalu kita buang ketempat sampah .” aku mulai memberikan intruksi.

Segera anak-anak memungut sampah dan membuangnya ditempat sampah, dan aku tidak mengalami kesulitan sedikitpun. Semula aku khawatir agak sulit mengendalikan anak-anak kelas 7.2 ini. Maklumlah, mereka baru lulus SD, 3 atau 4 bulan yang lalu, jadi sifatnya pun masih kekanak-kanakan.

“Terima kasih anak-anak. menurut kalian keadaan kelas sekarang dengan sebelum kalian bersihkan, kalian lebih suka yang mana?”

“Sekarang Bu … .” jawab mereka serempak.

“Nah … di tangan ibu masih ada satu pesawat kertas dan 2 gulungan atau bola kertas. Kita akan gunakan untuk belajar IPS hari ini.’

“Perhatikan aturan mainnya” kataku pada anak-anak kelas 7.2

Aku mulai menjelaskan bagaimana menggunakan pesawat kertas dalam pembelajaran IPS. Karena ide ini baru muncul setelah aku masuk di kelas 7.2 ini, maka aturan dalam permainan ini juga muncul seketika. Cara permainannya sebagai berikut:

1.      Pesawat kertas diberi tulisan berupa soal dari materi yang diajarkan.

2.      Permainan diawali dengan menerbangkan atau melempar pesawat kertas mereka ke udara dan tunggu pendaratan pesawat kertas ke meja salah satu anak.

3.      Jika 2 atau lebih pesawat kertas mendarat di landasan (meja) yang sama, (pemilik pesawat sekaligus pilot boleh mengarahkan pada landasan tertentu) maka pemilik landasan harus mengambil pesawat kertas yang mendarat pertama kali, dan pemilik pesawat kertas harus segera mengambilnya.

4.      Membahas soal pada pesawat yang mendarat tepat pada landasan, sedang soal pada pesawat  yang tidak mendarat pada landasan akan diulang penerbangannya.

5.      Pembahasan soal pada pesawat pada penerbangan berikutnya, dan seterusnya, sama dengan nomor 4.

6.      Jika anak (yang dimaksud pada nomor 4 atau 5 tidak bisa menjawab, maka anak tersebut diberi hukuman (hukuman harus bersifat menghibur, misalnya nyanyi, stand up comedi, dll),

7.      Guru sebagai pendidik memberikan pengamatan, penilaian dan umpan balik

8.      Refleksi

Sayangnya waktu untuk pertemuan hari ini sudah habis, namun aku harus memberikan tugas. Tugas yang aku berikan untuk di kerjakan di rumah :

1.      Mempelajari materi pada pertemuan berikutnya di hari Rabu, tentang letak dan luas wilayah Indonesia (supaya bisa menjawab pertanyaan dari pesawat yang mendarat di mejanya.

2.      membuat pesawat dari kertas bekas yang semenarik mungkin, kemudian diberi nama (bisa cari informasi nama di google, misalnya Garuda Indonesia, Batik, dll.

3.      Membuat soal-soal untuk disisipkan atau dituliskan di pesawat, minimal 10 soal.

“anak-anak, sampai disini ada pertanyaan?” kataku pada seluruh siswa.

“sudah jelas Bu.” Kata seorang siswa putra yang belum ku kenal Namanya.

“baik, silahkan rapikan buku dan perlengkapan kalian lalu silahkan ketua kelas silahkan memimpin doa” kataku

“Siaappp, berdoa mulai ……..” ketua kelas memimpin berdoa mengakhiri pelajaran

“Berdoa selesai …. Memberi salam” ketua kelas Kembali memberi instruksi

Kompak sekali serta hikmat mereka mengucap salam “Assalamu’alaikum warrohmatullahi wabarokatuh”

“wa’alaikumsalam warrohmatullahi wabarakatuh” jawabku

“Siapa namamu nak? apa semua temanmu muslim[H2] ? Tanyaku sambil menunjuk  dengan ibu jariku kea rah ketua kela

“Nama saya Muhammad Ragil Saputra bu, di panggil Ragil. Benar Bu semua anak 7.2 beragama Islam.” Jawab Ragil dengan sangat sopan.

Lalu aku mempersilahkan mereka pulang, “silahkan keluar kelas, sambil bersalaman sama ibu, mulai dari kamu yang paling dekat dengan pintu terus kesebelah kananya dan seterusnya dengan tertib ”

Ku tinggalkan kelas 7.2, Alhamdulillah, hari pertamaku mengajar sangat berkesan, walau tanpa persiapan. Bisiku dalam hati sambil berjalan menuju ruang guru.

Di ruang guru sempat aku berbincang-bincang dengan beberapa guru, ada yang sudah kenal sejak lama ada yang belum ku kenal sama sekali. Aku mulai punya gambaran tentang keadaan kelas 7, terutama 7.2. Sebagian besar guru yang ku temui, menilai kelas 7.2 sering berisik, banyak anak yang susah diatur seperti Abdul Jabar, Dicky, Ricky, Bagus, Darma dan masih ada  lagi yang lain. Tapi aku tak terpengaruh dengan penilaian itu, cukuplah  buat bahan pertimbangan aja.

***

Malam harinya aku mempersiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), yang merupakan salah satu tugas pokok dan fungsi guru. Aku merancang pembelajaran  untuk hari selasa dan Rabu sebaik-baiknya, agar suasana kelas menjadi lebih hidup, serta pembelajaran yang PAIKEM GEMBROT yaitu pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif, menyenangkan, gembira dan berbobot sehingga tujuan proses pembelajaran tercapai dengan baik. Bagiku kelas harus menjadi surganya anak-anak untuk belajar.

***

Di hari Selasa, aku hanya mengajar di dua kelas yaitu 7.1 dan 7.3, namun materi yang ku sampaikan masih seperti yang aku sampaikan di kelas 7.2 hari Senin lalu. Aku baru focus berkenalan karena antara aku dan mereka baru sama-sama ketemu dan lebih pada mengkondisikan siswa dan kelas agar lebih kondusif dalam belajar.

***

Hari Rabu pagi setelah kegiatan kepramukaan aku memulai pembelajaran di kelas 7.2. Kali ini aku lebih siap dibandingkan hari senin 6 Agustus lalu yang memang tanpa persiapan. Siapa sangka baru datang kesekolah langsung di minta masuk kelas, tapi guru memang harus siap kapanpun walau tanpa persiapan.

Seperti biasa, aku selalu memeriksa kebersihan kelas, kali ini kelas bersih, mungkin anak-anak sudah mulai sadar tentang pentingnya kebersihan, atau mungkin karena masih pagi sehingga belum kotoh. Ah aku harus positive thinking, kataku dalam hati.

Selanjutnya aku memeriksa kehadiran, alhamdulillah seluruh siswa hadir, lalu aku mulai menanyakan, “apakah tugas yang hari senin kemarin ibu berikan sudah dikerjakan?”

Kompak  mereka menjawab “sudah, Bu!”

“Bagaimana Dicky, sudah dikerjakan?”, sengaja ku sebut nama itu, padahal aku belum mengenalnya, kan itu memang yang seharusnya dilakukan oleh seorang guru.

“Sudah, Bu” jawab Dicky sambil menunjukkan pesawat kertas buatanya.

“Bagus! Sekarang semua tunjukan keatas dengan tangan kanan kalian” aku memuji Dicky, dan memberi instruksi.

“Terima kasih, letakkan Kembali di atas meja kalian”

Aku mendekati satu anak yang tidak menunjukkan pesawat kertasnya, “namamu siapa?”

“Akdlei, Andlei” kata anak itu dengan mengulang, mungkin tau kalau aku belum mendengar.

“Coba di tulis di bukumu sini” kataku setelah dua kali gagal paham

Dia mulai menulis, sambil ku dengar suara lirih mengeja huruf demi huruf sambil aku perhatikan, tiba-tiba Ragil sang ketua kelas mendekatiku dan berbisik “maaf bu, dia ABK (anak berkebutuhan Khusus), Namanya Andry, mohon maaf ya Bu” demikian kata ragil dengan berbisik.

Lalu ku tulis abjad di papan tulis, dan ku minta Adrey menulis ulang di buku.

Setelah aku jelaskan tujuan pembelajaran dan metode belajar bermain pesawat terbang, aku jelasan dulu aturan permainannya. Setelah anak-anak mengatakan paham, baru aku kasih aba-aba untuk melemparkan pesawat kertas kearah mana yang mereka suka. Ternyata hanya 6 pesawat kertas yang mendarat sempurna, salah satu pesawat kertas itu mendarat di meja Ragil.

“Ragil, silahkan …. Soalnya dibaca!”

“pesawat Dicky Bu, tapi nggak ada penumpangnya ,,,, eh nggak ada soalnya” kata Ragil

Sontak anak-anak tertawa, entah tertawa karena Ragil salah mengatakkan atau mentertawakan Dicky yang tidak jujur. Segera ku tenangkan mereka agar permainan segera bisa di lanjutlan. Ku sampaikan tentang nilai sikap sosial untuk Dicky belum baik.

“Sekarang, kamu baca soal dari pesawat temanmu”

“Soal dari Titania, Bu? Sebutkan letak Astronomi Indonesia! Antara gars

 

***

RR. RAHAYU SRI HARYANTI, M. PD.

Haryanti S., adalah nama pena dari Rr. Rahayu Sri Haryanti, M. Pd., lahir di Kulon Progo, 22 Februari 1968. Lulusan Pendidikan Sejarah IKIP Negeri Yogyakarta tahun 1991 dan lulusan Pasca Sarjana Universitas Indraprasta PGRI Jakarta tahun 2015. Guru IPS yang pernah Juara Lomba Quantum Teaching yang diselenggarakan Word Vision ini pernah mengajar beberapa SMP maupun SMA, negeri maupun swasta, namun sebagai PNS dirinya senantiasa siap untuk ditempatkan di SMP Negeri 106 Jakarta.

Menulis merupakan tantangan baru yang sangat mengasyikkan. Cerpen ini merupakan karya keduanya. Keinginan terbesar Ibu tiga anak yang sangat menyukai tantangan ini. adalah menghasilkan karya buku solo dan Alhamdulillah sudah terwujut dengan hadirnya buku yang berjudul "Citra; Kisah persahabatan gadis kecil dengan para sahabatnya" dan akan segera terbit buku keduanya "Mahir Menulis." Berkarya tak mengenal usia demikian motivasi hidupnya..

Surel                  : yantisoeratin@gmail.com

 

 











 


 [H1]

 [H2]

Komentar

  1. Assalamualaikum warahmatullahi wa barakatuh. Selamat pagi salam sejahtera untuk kita semua bapak itu Terima kasih sudah singgah di blog saya ya semoga bermanfaat

    BalasHapus
  2. Waalaikumsalam. Terima kasih bu ilmunya. Semoga bisa sampai selesai menulis cerpennya. Aamiin

    BalasHapus
  3. Wa'alaikumsalam... Terimakasih ilmunya ya bu....

    BalasHapus
  4. Waalaikum salam. Ilmu dibagikan akan terus mengalir bagi yang membagikan dan mendapatkan ilmu sendiri. Semangat menulis

    BalasHapus
  5. Alhamdulillah... Terimakasih bu smg ilmunya bermanfaat...

    BalasHapus
  6. Pesawat Kertas, satu karya luar biasa yang dapat memotivasi semua pembaca terutama para guru. Disampaikan bagaimana metode belajar yang menyenangkan bagi anak-anak dengan pendekatan permainan yang disukai peserta didik disesuaikan dengan usia perkembangannya. Ide yang muncul dari pengamatan spontan di ruang kelas oleh penulis membuat sebuah praktek nyata dalam pembelajaran di kelas. Semua itu dilakukan untuk mencapai tujuan belajar yang diharapkan sesuai rancangan yang telah disiapkan. Pengalaman penulis patut dicontoh oleh kita semua karena pengalaman adalah guru terbaik dalam kehidupan. Kisah Pesawat Kertas yang sederhana, tapi pesan bermakna. Luar biasa.

    BalasHapus
  7. Waalaikum salam ..Cerpen Pesawat kertas yang sangat menginspirasi saya sebagai guru dan penulis pemula..Terima kasih ibu sangat bermafaat ilmunya...

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini