MENGATASI WRITER’S BLOCK

PELATIHAN BELAJAR MENULIS PGRI

Pertemuan ke-9, gelombang 19 & 20

Jum’at, 30 Juli 2021



Mengatasi Writer’s Block

Nara Sumber : Ditta Widya Utami, S. Pd., Gr.

 

Resume Oleh: Rr. Rahayu Sri Haryanti, M. Pd


Setiap orang pasti punya masalah dalam menjalankan pekerjaannya. Bagi seorang penulis, terutama penulis pemula sering mengalami kendala diantaranya tiba-tiba muncul rasa malas, tiba-tiba kehilangan ide dan permasalahan lain yang berdampak pada tulisan tidak selesai. Kejenuhan dalam rutinitas pekerjaan atau dalam beraktivitas, bisa saja terjadi pada semua orang.

Kondisi lain yang muncul saat melakukan aktivitas menulis, terutama bagi penulis senior adalah mengalami situasi yang disebut dengan Writer’s block. Writer’s block  adalah istilah yang menggambarkan suatu kondisi ketika penulis tidak dapat menuliskan apa pun. Situasi ini tidak hanya dialami oleh penulis pemula saja, akan tetapi bisa juga dialami oleh penulis senior dan biasanya  membuat penulis merasa stres dan kebingungan. Pada situasi seperti ini, jangankan menuliskan satu kalimat, menunggu satu kata untuk muncul dan bisa dituangkan di atas kertas saja bisa memakan waktu yang cukup lama.

Narasumber cantik nan cerdas asal kota Subang, telah mengupas secara luas dalam pelatihan menulis PGRI, bagaimana mengatasi Writer’s block? Sang peraih Penghargaan Bupati Subang (2020), pula peraih Penghargaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Subang sebagai guru berprestasi (2021). Prestasi literasinya yang membanggakan hingga karyanya yang mampu menembus Penerbit Mayor, memberikan jejak prestasi  literasi yang baik bagi tanah Subang. 

Beliau gemilang dengan karya di masa muda yang membahana, semangat literasi yang luarbiasa memikat hati para pembaca. Beliau adalah perempuan  cerdas bernama Ditta Widya Utami, S.Pd., Gr seorang  guru IPA di SMPN 1 Cipeundeuy, Subang, Jawa Barat. Lahir di Subang, 23 Mei 1990. Menikah dengan Muhammad Kholil, S.Pd.I. dan telah dikaruniai seorang anak laki-laki bernama Muhammad Fatih Musyfiq. Selain aktif di MGMP, anak kedua dari pasangan Dastewi, S.Pd. dan Tia Makmur Setiana, S.Pd. ini juga aktif di bidang literasi. 

Ditta Widya Utami, S.Pd.Gr. dipandu sang moderator handal Maesaroh, M. Pd.,  mengawali sesi penjabaran materi dengan sebuah tantangan menulis. Foto yang ditampilkan adalah sosok tokoh dalam dunia pewayangan. Peserta diminta untuk menulis apa saja tentang tokoh wayang tersebut, baik berupa cerpen, puisi atau apa saja yang penting menulis hal-hal yang berkaitan dengan foto tersebut.

Meminjam pengertian dari Wikipedia,  Ditta Widya Utami, S.Pd. Gr.  mengartikan writer's block sebagai keadaan saat penulis kehilangan kemampuan menulis atau tidak menemukan gagasan baru untuk tulisannya. Keadaan seseorang Sulit fokus, tidak ada inspirasi menulis, menulis lebih lambat dari biasanya, atau merasa stres dan frustasi untuk menulis merupakan sebagian dari tanda-tanda kita terserang Writer’s block  Keadaan ini bisa menimpa penulis pemula maupun profesional. Karena writer's block umumnya tidak disebabkan oleh masalah komitmen/kompetensi menulis.

Dimasa Pandemi covid 19 ini, kemampuan tubuh seseorang akan berbeda-beda menghadapi penularan covid 19, artinya  bergantung imun tubuh masing-masing, demikian pula setiap orang berbeda-beda kemampuannya, tergantung seberapa cepat  seorang penulis mampu mengatasi kondisi Writer’s block  tersebut. Dengan kata lain, Writer’s block  bisa terjadi dalam hitungan menit, jam, hari, bulan, bahkan bertahun-tahun.

Langkah penting dalam mengatasi writer's block, yang harus kita lakukan adalah mengetahui penyebabnya.




Mari kita pelajari apa yang menjadi penyebab kita mengalami kondisi writer's block dan cara mengatasinya.

·         Mencoba Topik Baru

Mencoba topik baru dalam menulis bisa jadi salah satu penyebab writer's block. Misal  tantangan kita di awal tentang gambar wayang. Bagi penikmat seni wayang atau sejarah, mungkin tidak menemui kesulitan berarti saat harus menulis tentang wayang. Tapi, bagaimana dengan orang-orang yang tak pernah melihat pertunjukan wayang? Tidak tahu tentang tokoh-tokoh dalam wayang?

Ditta Widya Utami, S.Pd. Gr.,  mengatakan kalau kondisi tersebut terjadi pada dirinya, pasti akan merasa kekurangan inspirasi dalam menulis dengan tema wayang. Dengan begitu, writer's block telah menyerangnya.

Pada kondisi ini solusi yang dapat kita lakukan, jika kemudian kita teguhkan komitmen, lalu mencari bahan bacaan tambahan, maka writer's block yang terbentuk bisa segera kita hancurkan.

Contoh lain seperti yang ditunjukkan oleh peserta pelatihan belajar menulis PGRI pada awal kegiatan pertemuan ke-9 ini, yaitu menulis berdasarkan foto wayang, dengan berkreasi membuat tulisan Sing penting ada wayangnya (yang penting ada kata wayangnya).

It's great really. Hal seperti itu membuktikan kita sudah mampu menghancurkan tembok penghalang yang menghalangi kita untuk menulis, walaupun ternyata tidak menjadi alur cerita yang baik.

Kita ingat atau mungkin sering didengar dan sering dibaca bahwa tulisan yang baik itu adalah yang selesai. Sebagus apa pun diksi yang digunakan. sekeren apa pun alur yang dibuat,  jika tidak selesai, maka akan menggantung. Jadi, tulisan yang selesai tentu lebih utama. Adapun tidak sesuai alur dan sebagainya itu urusan tahap berikutnya, yaitu tahap editing. Buku saja ada revisinya, apalagi masih berupa naskah, pastinya masih bisa diedit

·         Mencoba Metode Baru

Selain mencoba topik baru, mencoba metode baru dalam menulis bisa juga membuat kita terserang writer's block. Misal jika kita terbiasa menulis karya tulis ilmiah. Kemudian diminta membuat puisi. Keduanya tentu memiliki metode penulisan yang berbeda. Bagi yang belum terbiasa, tentu akan mengalami kesulitan saat harus menulisnya.

Solusi terbaik dalam mengatasi kasus ini, setidaknya meminimalkan dampak writer's block adalah mempelajari teknik dan banyak berlatih menulis.   

·         Stress, Lelah Fisik/Mental

Stress, Lelah Fisik/Mental juga bisa menjadi penyebab kita terserang writer's block. Terlalu memaksakan diri dalam banyak pekerjaan hingga membuat tubuh lelah bisa membuat kita burn out yaitu kondisi stres berat yang dipicu oleh pekerjaan. Hanya sedikit yang masih mampu menulis dalam keadaan sakit/lelah fisik.

Pada kondisi ini, yang harus kita pahami bahwa otak dan tubuh kita bukan mesin maka istirahat sejenak tentu menjadi pilihan terbaik. Cari ruang dan udara segar. Lakukan hal-hal yang membahagiakan. Refresh kembali hati dan pikiran kita sehingga kita bisa mendapat inspirasi baru.

·         Terlalu perfeksionis

Perfeksionis adalah keyakinan bahwa seseorang harus menjadi sempurna untuk mencapai kondisi terbaik pada aspek fisik ataupun non-materi. ada perbedaan besar antara menjadi seseorang yang terbaik di bidangnya dengan seseorang yang perfeksionis pun bisa menjadi penyebab kita sering terkena writer's block. Ada pepatah yang mengatakan perfectionism kills creativity (Perfeksionis itu bisa mematikan kreativitas).

Saat menulis, orang yang perfeksionis mungkin akan berpikir apakah kalimatnya sudah tepat? Apakah ada kaitan dari paragraf satu ke paragraf lainnya? Selain hal-hal yang menyangkut Teknik, bisa juga alasan keberhasilan sebelumnya, ketika seseorang pernah sangat populer dengan tulisannya. Misal postingan di blog yang baca hingga ratusan bahkan ribuan. Menerbitkan buku hingga best seller. Nah, yang seperti ini pun bisa jadi terjebak dalam lingkup perfeksionis.

Tulisan sebelumnya booming, yang sekarang tentu harus booming juga. Harus laku juga. Harus banyak yang baca juga. Kekhawatiran seperti itu justru bisa membuat writer's block nempel lebih lama pada kita.

Keadaan seperti ini perlu tindakan cepat untuk mengingat kembali alasan awal kita menulis,  tujuan kita menulis. masa-masa merintis menjadi seorang penulis tanpa menurunkanunkan standar yang hendak dicapai. Memasang standar tertentu untuk tulisan kita tentu hal yang baik. Hanya saja, kita harus selalu mawas diri agar tidak tenggelam dalam sikap perfeksionis tersebut. Tetapkan standar sambil terus bergerak.

Demikian Ditta Widya Utami, S.Pd. Gr., mengakhiri sesi penjabaran materi mengatasi writer's block.Banyak sekali pertanyaan sekitar cara mencegah atau mengatasi writer's block, disesi tanya jawab.  Secara umum mengatasi writer's block dapat dilakukan dengan menciptakan suasana hati yang bahagia, dengan melakukan kegiatan sesuai hobbi, jalan-jalan kealam bebas nggak perlu jauh dan mahal. Keliling naik motor lihat sawah yang terhampar bak permadani bersama suami/istri dan anak saja sudah bisa merefreshkan pikiran dan hati. Hal lainnya dengan baca buku yang ringan-ringan saja. Novel karya Tere Liye misalnya. Blog walking juga bisa. Dan baca-baca materi terkait tema yang akan ditulis.

Pertanyaan yang sering datang berhubungan dengan cara untuk mengatasi writer's block yg membuat kita malas ketika mulai menulis beserta tips untuk menghindari writer's block. Nara sumber menjawab bahwa malas itu tidak bisa dikategorikan sebagai writer's block. Seperti sudah utarakan di awal, writer's block umumnya tidak disebabkan oleh masalah komitmen/kompetensi menulis. Justru orang yang rajin menulislah yang memiliki peluang besar terserang writer's block.

Namun demikian, untuk mengatasi rasa malas menulis, bisa dicoba dengan membuat target atau tantangan. Atau yang lebih menyenangkan, beri reward untuk diri sendiri saat telah selesai menulis.

Permasalahan yang dialami oleh salah satu peserta, bahwa ketika ia  duduk, tiba-tiba memiliki banyak  tema yang bisa dijadikan bahan untuk menulis. Sesaat berikutnya  ketika membuka leptop, jadi bingung mau menulis yang mana dan akhirnya seketika mood untuk menulis lenyap ke negeri antah barantah, ditambah lagi ada beberapa pekerjaan dituntut  untuk segera disetorkan ke pihak yang berwenang. Upaya yang harus dilakukan jika muncul lagi tragedi seperti itu adalah:

·         Selalu siap sedia catatan!

·         Para penulis hebat selalu memiliki catatan pribadi.

·         mencatat di note saat ide bermunculan

·         langsung rekam ide-ide kita di gawai.

·        Minimal buat outline tulisan terlebih dahulu. Karena outline akan menerangkap ide kita sehingga tidak terbang ke negeri antah berantah

Penjelasan atas dua pertanyaan apakah Writer's Block  yang berkepanjangan dapat berakibat  buruk pada kesehatan? Bagaimana cara mengatasi supaya writer's block agar tidak terlalu lama dengan banyaknya aktifitas berfikir sehari-hari?

Bagi penulis sejati, tentu saja bisa berakibat buruk pada kesehatan. Ibarat pendaki yang kehilangan kaki. Penulis sejati (ia mencurahkan hidupnya dengan menulis, menjadikan menulis sebagai kebiasaan dan kebahagiaan, berbagi inspirasi dan motivasi dengan menulis) tentu akan sedih/stress bila tak bisa menulis.

Dalam dunia kesehatan tentu kita bisa sepakat bahwa stres bisa memicu banyak penyakit lainnya. Maag adalah salah satunya.

Mengatasi writer's block agar tidak terlalu lama dengan banyaknya aktivitas berpikir, salah satu yang bisa dicoba adalah gunakan writer's block saat menulis. Tiap orang punya golden Time masing-masing.

·         Ada yang fokus menulis sebelum tidur.

·         Ada yang bisa fokus menulis saat menjelang matahari terbit.

·         Ada yang selalu mendapat inspirasi jika menulis sambil mendengarkan lagu

·         ada juga yang harus sepi hingga suara jangkrik pun  tak terdengar.

Maka, ketahui golden Time kita, dan menulislah di saat itu untuk menghindari writer's block. Mengenali dan memanfaatkan Golden Time hanya salah satu cara menghindari writer's block karena pada dasarnya, writer's block yang menimpa setiap orang akan berbeda, maka penanganannya pun akan berbeda.

Ibarat orang yang sakit jantung. Tak mungkin kita beri obat sakit ginjal, bukan? Orang yang lebih tau kelebihan dan kekurangan diri, sesungguhnya adalah diri kita sendiri. Maka cara paling efektif untuk menghindari writer's block adalah dengan mengenali diri sendiri. Menemukan titik-titik sumber kebahagiaan sehingga writer's block akan jauh dari kita. J.K Rowling dan Dee Lestari adalah contoh penulis hebat yang pernah mengalami writer's block. Penyebab writer's block bisa saja sama, tapi dengan kadar yang berbeda.

Menurut saya tidak perlu menurunkan standar yang hendak dicapai. Memasang standar tertentu untuk tulisan kita tentu hal yang baik. Hanya saja, kita harus selalu mawas diri agar tidak tenggelam dalam sikap perfeksionis tersebut. Tetapkan standar sambil terus bergerak.

Nara Sumber Kembali menegaskan hal-hal yang harus dilakukan untuk mencegah munculnya writers block:

·         Hindari stres,

·         Cukup istirahat,

·         Buat target yang bisa kita jangkau.

·         Intinya jangan lupa bahagia

Masalah yang bisa timbul dan berakibat pada situasi writer's block adalah adanya  saran dan koreksi secara lisan atas tulisan dari seorang pakar atau penulis senior terhadap tulisannya termasuk tulisan di blog. Banyak orang yang bangga dikorensi dan dibimbing para pakar namun tak sedikit yang seperti dihinggapi penyakit writer's block. Cara mengatasinya antara lain dengan mengubah outline, tetapi, jika mengubah outline justru mendatangkan writer's block, mungkin kita harus periksa kembali. Jika masalah bisa diatasi dengan menambah referensi, maka perbanyak membaca. Namun, jika terkait teknis, sebaiknya minta untuk dikoreksi kembali. Layaknya bimbingan skripsi, tentu tak cukup satu kali

Pertanyaan lain berkaitan dengan writer's block adalah ketika ingin memulai menulis  selalu memikirkan tanda baca, penggunaan kata dll.  Cara mengatasi kondisi writer's block sebetulnya bisa terjadi di awal, tengah maupun akhir tulisan kita. Namun lebih banyak yang mengira bahwa writer's block itu dirasakan di awal atau tengah saja.

Mari kita kenali rumus pembalap. Saat mengendarai sepeda motor atau mobil, jika kita "tidak melihat/menghiraukan" speedometer, bukankah menggas hingga kecepatan 100 km/jam tak akan terasa? Lain halnya dengan orang yang sering melihat speedometer. Saat akan ngegas, malah ngerem karena muncul rasa was-was.

Dalam menulis pun begitu. Terkadang, kita memang harus membutakan diri dengan segala kaidah agar tulisan kita bisa rampung. Menulis tanpa memikirkan tanda baca memang sulit dilakukan di awal. Tapi jika sudah terbiasa, hal itu sangat membantu dalam mengatasi writer's block. Minimal, mengurangi durasi writer's block-nya.

Semua orang ingin jadi orang yang perfeksionis. Dan ini yang sering jadi kendala untuk menghasilkan sesuatu termasuk tulisan. Namun orang-orang yang perfeksionis  selalu bisa melampaui batas untuk hal-hal yang positif.

Bisa itu karena biasa. Dalam menulis pun sama. Asalkan kita konsisten menulis. Menambah jam terbang kita dalam menulis, dengan sendirinya ketidakteraturan menulis, tulisan yang tanpa arah, dan kesalahan-kesalahan lain akan berkurang. Setiap kita menulis, setidaknya kita akan melakukan self editing. Melakukan refleksi baik sadar/tidak, hal tersebut akan menjadikan kualitas tulisan kita semakin baik.

Diakhir pelatihan belajar menulis PGRI pertemuan ke-9 ini, Maesaroh M. Pd. sebagai moderator minyimpulkan bahwa writer's block adalah kendala umum bagi para penulis, namun ketika komitmen dalam menulis sangat matang, maka kita akan dapat menulis dengan mengalir. Selain itu, me refresh pikiran dengan melakukan aktivitas yang kita sukai, bisa membangkitkan selera menulis dan menepis gejala writer's block

Menggunakan golden times adalah langkah mudah dalam menulis, karena dengan begitu ide menulis akan muncul berserak, maka kenali golden times kita dan jangan lupa bahagia untuk mencegah writer's block.






#kenali golden times

#Jangan lupa bahagia








Komentar

  1. Assalamu'alaikum. Salamsejahtera bagi kita semua. Bapak dan ibu yang budiman, terima kasih sudah singgah di blog saya, mohon tinggalkan komentar atas tulisan ini. terima kasih.

    BalasHapus
  2. Woww keren keren keren. Dilengkapi dengan pengertian perfeksionis. Dibumbui dengan pandangan pribadi dan menggunakan bahasa sendiri. Membuat resume ini terasa mengalir. Tetap enak dibaca walau tulisannya panjang. Terima kasih sudah berkenan membuat resumenya.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini